Subscribe:

Senin, 02 Juni 2014

SYIRIK BENALU AKIDAH


Syirik adalah mempersekutukan Allah Swt dengan makhluknya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata ataupun terselubung.
Dalam dimensi rububiyah, misalnya, meyakini bahwa ada makhluk yang mampu menolak segala kemadharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat seperti meyakini “kesaktian” para wali Allah, sehingga dia meminta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau untuk meraih keuntungan, apalagi bila wali tersebut sudah meninggal dunia.
Dalam dimensi mulkiyah, misalnya, mematuhi sepenuhnya kepada para penguasa non muslim disamping menyatakan patuh kepada Allah Swt, padahal pemimpin non muslim itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah Swt dan mengharamkan apa yang dihalalkan untuk mengajaknya melakukan kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyah, misalnya berdo’a kepada Allah melalui perantara orang yang sudah meninggal dunia.
Pada hakikatnya, seseorang yang mempersekutukan Allah Swt dengan makhluk apa atau siapa pun, memberikan sifat ketuhanan kepada makhluk tersebut, baik secara keseluruhan maupun sebagian saja, baik dalam tingkat yang sebanding maupun berbeda. Tentu saja, perbuatan tersebut merendahkan Allah Swt dan tidak mengakui ke-Maha-esa-annya, baik dalm zat, Asma’ wa sifat, maupun af‘al-nya. Sekaligus perbuatan syirik, juga merendahkan martabat manusia. Apalagi, bila yang diberi sifat ketuhanan itu alam lain yang bukan manusia, yang oleh Allah Swt diciptakan untuk kepentingan umat manusia. Bukankah esensi ajaran Tauhid membebaskan manusia dari penyembahan sesama makhluk menuju penyembahan terhadap Allah semata?
Dilihat dari sifat dan tingkatan sangsinya, syirik dapat dibagi dua: syirik besar (as-syirku al-akbar) dan syirik kecil (as-syirku al-asghar).
Syirik besar adalah “menjadikan bagi Allah sekutu yang dia berdo’a kepadanya seperti berdo’a kepada Allah, takut, harap dan cinta kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan salah satu bentuk ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah”. Syirik besar itu ada yang zahirun jaliyyun, (nampak nyata), seperti menyembah berhala, matahari, bulan, bintang, malaikat, benda-benda tertentu, mempertuhankan Isa al-Masih dan lain-lainnya; dan ada yang bathinun khafitun (tersembunyai) seperti berdoa kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya untuk dikabulkan keinginannya atau minta disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari bahaya dan lain-lain sebagainya.
Disebut khafiyun (tersembunyi) karena yang berdoa tidak pernah mengakui bahwa dia meminta kepada orang mati. Dia menganggap orang mati tersebut hanyalah sebagai perantara supaya doanya dikabulkan oleh Allah Swt. sebagaimana firman Allah:
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ [٣٩:٣]
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Syirik jenis inilah yang yang dosanya tidak akan diapmpuni oleh Allah Swt dan pelakunya diharamkan masuk surga. (kecuali jika dia bertaubat sebelum meninggal). Allah Swt berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ [٥:٧٢]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Disebut orang-orang musyrik itu sebagai orang-orang zalim karena kemusrikan itu memang sebuah kezaliman yang sangat besar. Sebagaimana firman Allah:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [٣١:١٣]
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Sirik kecil adalah: “semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan”. Syirik kecil termasuk dosa besar yang dikhawatirkan akan mengantarkan pelakunya kepada syirik besar. Jika orang yang melakukan syirik kecil meninggalkan sebelum bertaubat, di akhirat, ternyata Allah tidak berkenan mengampuninya, maka ia akan masuk nerraka.
Diantara amal perbuatan yang termasuk kategori syirik kecil adalah:
a.       Bersumpah dengan selain Allah: “barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah dia telah kufur atau syirik” (H.R Tirmidzi).
b.      Memakai azimat (untuk menolak bahaya atau memurahkan rezeki): “barang siapa yang menggantungkan diri kepada azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (H.R. Ahmad).
c.       Menggunakan mantera-mantera untuk menolak kejahatan, pengobatan, dan sebagainya. "sesungguhnya mantera, azimat, dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik". (H.R. Ibnu Hibban). Dan masih banyak yang lainnya.


0 komentar:

Posting Komentar