Syirik adalah mempersekutukan Allah Swt dengan
makhluknya, baik dalam dimensi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata ataupun terselubung.
Dalam dimensi rububiyah, misalnya,
meyakini bahwa ada makhluk yang mampu menolak segala kemadharatan dan meraih
segala kemanfaatan, atau dapat memberikan berkat seperti meyakini “kesaktian”
para wali Allah, sehingga dia meminta bantuan kepada mereka untuk menolak
petaka atau untuk meraih keuntungan, apalagi bila wali tersebut sudah meninggal
dunia.
Dalam dimensi mulkiyah, misalnya,
mematuhi sepenuhnya kepada para penguasa non muslim disamping menyatakan patuh
kepada Allah Swt, padahal pemimpin non muslim itu menghalalkan apa yang
diharamkan Allah Swt dan mengharamkan apa yang dihalalkan untuk mengajaknya melakukan
kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyah, misalnya
berdo’a kepada Allah melalui perantara orang yang sudah meninggal dunia.
Pada hakikatnya, seseorang yang
mempersekutukan Allah Swt dengan makhluk apa atau siapa pun, memberikan sifat
ketuhanan kepada makhluk tersebut, baik secara keseluruhan maupun sebagian
saja, baik dalam tingkat yang sebanding maupun berbeda. Tentu saja, perbuatan
tersebut merendahkan Allah Swt dan tidak mengakui ke-Maha-esa-annya, baik dalm zat, Asma’ wa sifat, maupun af‘al-nya. Sekaligus perbuatan
syirik, juga merendahkan martabat manusia. Apalagi, bila yang diberi sifat
ketuhanan itu alam lain yang bukan manusia, yang oleh Allah Swt diciptakan
untuk kepentingan umat manusia. Bukankah esensi ajaran Tauhid membebaskan
manusia dari penyembahan sesama makhluk menuju penyembahan terhadap Allah
semata?
Dilihat dari sifat dan tingkatan sangsinya,
syirik dapat dibagi dua: syirik besar (as-syirku al-akbar) dan syirik
kecil (as-syirku al-asghar).
Syirik besar adalah “menjadikan bagi Allah
sekutu yang dia berdo’a kepadanya seperti berdo’a kepada Allah, takut, harap
dan cinta kepadanya seperti kepada Allah, atau melakukan salah satu bentuk
ibadah kepadanya seperti ibadah kepada Allah”. Syirik besar itu ada yang zahirun
jaliyyun, (nampak nyata), seperti menyembah berhala, matahari, bulan,
bintang, malaikat, benda-benda tertentu, mempertuhankan Isa al-Masih dan
lain-lainnya; dan ada yang bathinun khafitun (tersembunyai) seperti
berdoa kepada orang yang sudah meninggal, meminta pertolongan kepadanya untuk
dikabulkan keinginannya atau minta disembuhkan dari penyakit, dihindarkan dari
bahaya dan lain-lain sebagainya.
Disebut khafiyun (tersembunyi) karena
yang berdoa tidak pernah mengakui bahwa dia meminta kepada orang mati. Dia
menganggap orang mati tersebut hanyalah sebagai perantara supaya doanya
dikabulkan oleh Allah Swt. sebagaimana firman Allah:
أَلَا لِلَّهِ
الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا
نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ
يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ
لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ [٣٩:٣]
Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar.
Syirik jenis inilah yang yang dosanya tidak akan
diapmpuni oleh Allah Swt dan pelakunya diharamkan masuk surga. (kecuali jika
dia bertaubat sebelum meninggal). Allah Swt berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ
الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَن
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ ۖ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ [٥:٧٢]
Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih
putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.
Disebut orang-orang musyrik itu sebagai orang-orang zalim
karena kemusrikan itu memang sebuah kezaliman yang sangat besar. Sebagaimana
firman Allah:
وَإِذْ قَالَ
لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [٣١:١٣]
Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Sirik kecil adalah: “semua perkataan dan perbuatan yang
akan membawa seseorang kepada kemusyrikan”. Syirik kecil termasuk dosa besar
yang dikhawatirkan akan mengantarkan pelakunya kepada syirik besar. Jika orang
yang melakukan syirik kecil meninggalkan sebelum bertaubat, di akhirat, ternyata
Allah tidak berkenan mengampuninya, maka ia akan masuk nerraka.
Diantara amal perbuatan yang termasuk kategori syirik
kecil adalah:
a.
Bersumpah dengan selain
Allah: “barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah dia telah kufur
atau syirik” (H.R Tirmidzi).
b.
Memakai azimat (untuk
menolak bahaya atau memurahkan rezeki): “barang siapa yang menggantungkan
diri kepada azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (H.R. Ahmad).
c.
Menggunakan
mantera-mantera untuk menolak kejahatan, pengobatan, dan sebagainya. "sesungguhnya
mantera, azimat, dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik". (H.R.
Ibnu Hibban). Dan masih banyak yang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar