Subscribe:

Senin, 02 Juni 2014

SUNNAH-SUNNAH YANG SERING DILAKUKAN RASULULLAH KETIKA HARI RAYA IDUL FITRI


Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh!!!!!!......
Heeeem kayaknya baru aja kemaren kita melaksanakan ibadah puasa pertama, tapi ternyata sekarang udah tinggal nunggu hari raya esok aja nieeee…. niii yang paling disenengin and di tunggu sama banyak orang yaitu ketika hari raya iedul fitri sooob!!! Bener gk??? Bener aja deh biar keliatan ada pendukungnya gto0@ hheee….
Ooo yess sob!.. iedul fitri yang umumnya sering disebut by “HARI LEBARAN”,,, yaa kalau bahasa sundana mah “BADA” cenah, nek boso jowone “BODO” kalau gk salah, heeem sob kalau kita liat keadaan masyarakat, mungkin kita sering liat kalau misalnya dateng bulan Ramadhan mereka emang gembira, tapi sob ternyata banyak juga lohh yang kalau datang bulan ramadhan malah gak seneng tapi malah sedih sampe-sampe terkadang ada yang bilang “Aahh!! udah puasa lagi aja nih mesti ninggalin makan and minum di siang bolong niich!, padahal Ntu kan panas buanGet S0oB!!,,” ada juga yang bilang, biasanya para ibu nii yang bilang “wah dateng bulan ramadhan mesti repot nih harus bangun jam 3 buat nyiapin sahur, nyiapin untuk buka puasa lah, buat kueh-kueh lebaran lah dan yang lain-lainnya..”. Tapi sob sebaliknya ni sob! Kalau udah deket ke hari raya and mau ninggalin bulan ramadhan baru pada seneng, yaa katanya si “weeh dah mau selese puasa nii,. berarti kagak usah nahan laper and haus lagii and siap-siap beli baju lebaran ditambah pembagian THR heeeem seneng banget dahh!!..
Sob tapi teryata itu berbeda loh ama keadaan Nabi kita  Nabi Muhammad saw, kalau Nabi kita Nii.. kalau mau dateng bulan suci ramadhan BEeeh gembiranya bukan maen So0b, gak kaya sebagian kita yang sedih karena gak bisa makan and minum, tapi sebaliknya So0b! Rasulullah kalau udah mau ninggalin bulan suci, bulan yang penuh berkah itu’, DUUUh!!.. sedihnya gak ketulungan, sedih banget so0b, yaA.. gak kalah sedihnya kalau ditinnggal PACAR dehh,  “HUUuhh  Curhat po pieee loo hee.. heee…”. banyangin jaa mau ditinggalin ma bulan ramadhan yang mana didalamnya terdapat banyak sekali rahmat baraokah and maghfirah itu…
Soob berhubung pak Suryadharma Ali selaku mentri agama udah netepin besok idul fitri, and Alhamdulillah keputusannya sama ama ormas yang dikecualikan oleh beliau ketika dalam sambutannya beliau mengatakan “Alhamdulillah ORMAS disini sudah dateng kecuali yang tidak dateng” Heee heeee....!!! SOo tentu tentu kita mau ngelaksanain salat riyaya aidil fitri therfore yuk kita bareng-bareng belajar “apa aja si sunnah-sunnah yang biasa dilakukan Nabi ketika akan melakukan shalat idul fitri, tapi kita belajarnya pake bahasa nasional yang baik dan benar aja yaa.. biar keliatan formal Gitu lah!!... kita mulai yaa “BISMILLAH HIRAHMANIRAHIM”
Nabi saw menganjurkan pada semua orang Islam termasuk anak-anak dan wanita haid supaya ikut salat ‘ied dengan bertakbir menuju ke lapangan tempat salat (mushalla), meskipun wanita haid tidak ikut salat dan berada di luar shaf salat. Hal ini berdasarkan hadis nabi:
حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Artinya: “telah menceritakan kepada kami Amr an-Naqid, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Hisam dari Hafsah binti Sirin dari Ummi Atiyyah, (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw memerintahkan kami supaya menyuruh mereka keluar pada hari idul fitri dan idul adha: yaitu semua gadis remaja, wanita sedang haid dan wanita pingitan. Adapun wanita-wanita sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya itu dan panggilan kaum muslimin. Aku bertanya: wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang kami yang tidak mempunyai baju jilbab? Rasulullah menjawab: “hendaklah temannya meminjami baju kurungnya.” (HR Al-Jamaah).

Pada saat’ied, Rasulullah saw menuntunkan untuk takbir membesarkan nama Allah ketika berangkat ke tempat salat, dan menentukan untuk menempuh jalur yang berbeda ketika pulang dari tempat salat, hal ini sesuai dengan hadis nabi:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ  )رواه البخاري(


Artinya: “Dari jabir bin Abdulllah ra, ia berkata: Bahwa  Nabi saw apabila (pulang) dari salat ‘ied dengan mengambil jalan lain (bukan yang dilewati ketika berangkat).” (HR Bukhari) hadis ini diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad.
Untuk takbir idul fitri sudah bisa dimulai sejak malam setelah sempurnanya hitungan bulan Ramadhan. Ini di dasarkan pada firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (al-Baqarah: 185).
Sebelum berangkat ke tempat salat, hendaklah menggunakan pakaian yang terbaik yang dimilikinya, memakai parfum atau wangi-wangian yang tidak menyengat, dan makan secukunpnya sesuai dengan hadis:
عن أنس رضي الله عنه أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد وأن نتطيب بأجود ما نجد (الحاكم)
Artinya: “Dari Anas ra (ia meriwayatkan bahwa) Rasulullah saw menyuruh kami pada dua hari raya (idul fitri dan idul adha) agar memakai pakaian yang terbaik yang kami miliki, memakai wangi-wangian yang terbaik dan menyembeleh binatang yang paling gemuk.” (HR al-Hakim)
Lafad takbir ‘ied antara lain seperti hadis yang disandarkan kepada Ibnu Mas’ud dan Umar bin al-Khaththab r.a.:
عن عمر بن الخطاب وعبد الله بن مسعود انهما كانا يكبران من صلاه الغداه يوم عرفه الي الصلاه من آخر ايام التشريق يقولان الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
dari Umar bin al-Khatthab dan Abdullah bin Masud sesungguhnya mereka berdua bertakbir (dengan lafad) Allah maha besar, Allah maha besar, tidak ada tuhan selain Allah, dan Allah maha besar. Allah maha besar dan baginyalah segala pujian”. (HR Ibnu Abi Syaybah, Abd al-Razzaq dan Ibnu al-Mundzir)
Jika tidak hujan dan becek, maka salat ini lebih utama dilakukan di tanah lapang. Hal ini karena Nabi dan para sahabat selalu salat ‘ied di tanah lapang yang berjarak 1000 hasta atau 200 meter dari masjid, kecuali bila hujan atau lapangan becek.
Salat ‘ied ini dikerjakan sebelum khutbah, tanpa diawali dengan adzan dan iqamat karena hadis nabi:
عَنْ جَابِرِ قَالَ : شَهِدْتُ الصَّلاَة مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-في يَوْمَ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ، فلما قضى الصلاة قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فحمد الله وأثنى عليه ووعظ النَّاسَ وذكرهم وحثهم عَلَى طَاعَتِهِ...(رواه النسائي)
Artinya: “Dari jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: saya mengahadiri salat pada suatu hari raya bersama rasulullah saw: sebelum khutbah beliau memulai dengan salat tanpa adzan dan iqamat. Lalu manakala selesai salat beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Lalu ia bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan nasehat dan peringatan untuk jamaah, serta mendorong mereka supaya patuh kepadanya...” (HR an-Nasa’i).
Jumlah rakaatnya adalah dua rakaat dimana pada rakaat pertama dibuka dengan takbir 7 kali (sudah termasuk takbiratul ikhram) dengan mengangkat tangan setiap takbir (berdasarkan keumuman hadis riwayat Abu Daud, Al-Baihaqi dan ad-Dzaruqutni dari Ibnu Umar), dan pada rakaat kedua dengan takbir 5 kali, diluar hitungan takbir inthiqal (pindah gerakan). Hal tersebut didasarkan pada hadis yang disandarkan kepada Aisyah r.a:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُكَبِّرُ فِى الْفِطْرِ وَالأَضْحَى فِى الأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ وَفِى الثَّانِيَةِ خَمْسًا.
“Dari Aisyah, sesungguhnya rasulullah saw bertakbir pada (dalam) salat ‘ied-fitri dan adha pada rakaat pertama 7 takbir,  dan pada rakaat kedua 5 takbir”. (HR Ahmad). Hadis ini diriwayatkan juga oleh  Abu Daud, Ibnu Majah, dan al-Hakim.
Nabi saw juga bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang bermatan:
وَعَنْ عَمْرِوِ بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - - اَلتَّكْبِيرُ فِي اَلْفِطْرِ سَبْعٌ فِي اَلْأُولَى وَخَمْسٌ فِي اَلْآخِرَةِ, وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا - أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ
“dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: Nabi saw bersabda “takbir di hari raya fithri ada tujuh kali (takbir) pada rakaat pertama dan lima kali (takbir) pada (rakaat) yang akhir, dan bacaan sesudah kedua-duanya”. (H.R Abu Daud). Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dan Ahmad.
Para sahabat, seperti Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan lain-lain bertakbir 7 kali dan 5 kali sebelum membaca al-fatihah (H.R Malik dan Abi Syaybah) dan tidak ada satupun dalil hadis yang menyelisihinya, misalnya yang menuntunkan takbir 1 kali seperti salat subuh atau jum’at.
Setelah salat dua rakaat kemudian diikuti dengan khutbah tidak pakai duduk (karena hadisnya maqthu dan do’if) dan langsunng ditutup dengan do’a.
 Hal ini berdasarkan hadis nabi:
وَعَنْهُ قَالَ: - كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَخْرُجُ يَوْمَ اَلْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى اَلْمُصَلَّى, وَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ اَلصَّلَاةُ, ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ اَلنَّاسِ -وَالنَّاسُ عَلَى صُفُوفِهِمْ- فَيَعِظُهُمْ وَيَأْمُرُهُمْ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: “Dahulu Nabi saw keluar rumah dihari raya fitri dan adha (untuk melakukan salat) di mushalla. Pertama-tama yang dilakukan nabi adalah salat, kemudian berpindah dengan berdiri menghadap kepada orang banyak, sedang orang banyak tetap pada shafnya. Nabi saw memberi nasehat dan menyuruh hal-hal yang baik.” (HR Bukhari dan Muslim).
 Huuuuuh akhirnya selesai juga SOOb ternyata sunnah-sunnah nabi cukup banyak yaaa, makanya selaku umat nabi Muhammad yuuk kita ikutin tuntunan or ajaran yang udah di ajarkannya kepada kita. Ok S0ob THANKSS!!!! Yaa dah baca, and kalau temen-temen mau liat lebih detailnya lagi or mungkin masih ragu sama tulisan ini silahkan bisa di cek hadis-hadisya atau kalau lebih mudah bisa lihat buku-buku di bawah ini:
1.      Manhaj tarjih Muhammadiyah oleh Prof. Drs. H. Asjmuni Abdurrahman
2.      Bekal dakwah muballig hijrah 1434 H oleh Talqis Nurdianto Lc., M.A
3.      Tuntunan puasa Ramadlan & zakat oleh Syakir Jamaludin, M.A

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabaraakatuh....

MENGUCAPKAN SELAMAT HARI NATAL


Hari kelahiran yesus kristus yang sering dirayakan dengan perayaan hari Natal. Tentang mengucapkan selamat hari Natal bagi umat muslim, apakah kita boleh mengucapkan selamat Natal kepada teman kita atau tetangga yang sedang merayakan hari Natal?..
Dalam fatwa MUI tentang perayaan Natal telah disebutkan dengan beberapa pertimbanan sebagai berikut:
1.      Bahwa umat Islam diperbolehkan untuk kerja sama dan bergaul dengan umat-umat agama lain, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan keduniaan. Hal ini didasarkan pada surat al-hujurat ayat 13, surat Lukman ayat 15, surat mumtahanah ayat 8.
2.      Bahwa umat Islam tidak boleh mencampurkan agama dengan aqidah dan peribadatan agama lain. Hal ini didasarkan pada surat al-Kafirun ayat 13, surat lukman ayat 1-6, surat al-baqarah ayat 42.
3.      Bahwa umat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa al-Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada Nabi dan Rasul yang lain. Hal ini didasarkan pada surat Maryam ayat 30-32, surat al-Maidah 75 dan surat al-Baqarah ayat 285.
4.      Bahwa barang siapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, tuhan itu mempunyai anak dan Isa al-Masih itu anaknya, maka orang itu (menurut al-Quran) kafir dan musyrik. Hal ini didasarkan pada surat al-Maidah ayat 72 dan 73, serta surat at-Taubah ayat 30.
5.      Isalam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan surat al-Ikhlash ayat 1-4.
6.      Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim tentang yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya adalah masalah yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Dasar lain ialah qaidah fiqhiyyah: “menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan”. Atas dasar pertimbangan di atas, maka Majlis Ulama Indonesia menfatwakan:
a.       Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa a.s., akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
b.      Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya HARAM.
c.       Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT, dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

Dari fatwa itu khususnya poin “b”, dapat digolongkan pada fatwa poin “c”, sesuatu yang dianjurkan untuk tidak dilakukan.   

LIMA MAKNA WAHYU DALAM AL-QUR`AN


Makna wahyu yang sering kita dengar dikalangan masyarakat umum adalah suatu petunjuk dari Allah SWT yang diturunkan hanya kepada nabi dan rasul melalui malaikat Jibril, mimpi-mimpi dan seabagainya. Namun, sehubungan dengan itu, dalam al-Qur`an terdapat banyak sekali lafaz wahyu dan tentunya memiliki makna yang berbeda-beda, sehingga jika seseorang mengartikan seluruh makna wahyu dalam al-Qur`an hanya dengan definisi tersebut di atas, maka akan banyak kekeliruan yang sangat fatal dalam memahami makna dari lafaz-lafaz wahyu yang berbeda-beda tersebut. Bahkan mungkin ia akan memiliki pemahaman bahwa setiap makhluk di dunia ini memiliki nabi atau rasulnya masing-masing, karena dalam al-Qur`an lafaz wahyu tidak selamanya digunakan kepada nabi atau rasul saja, akan tetapi lafaz tersebut juga digunakan untuk manusia biasa, hewan dan bahkan untuk setan. Berikut adalah contoh beberapa makna wahyu yang memilki makna yang berbeda-beda:
Pertama, Wahyu yang berarti al-ilhām al-fitrī li al-insān (sifat bawaan yang ada pada manusia atau bisa disebut dengan naluri). Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Qasash [28]:7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (nil). Dan janganlah engkau takut  dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.”

Makna wahyu dalam ayat di atas adalah ilham dari Allah SWT berupa naluri kemanusiaan yang menjadi sifat bawaan dari manusia. Ayat ini turun ketika nabi Musa a.s dilahirkan oleh ibunya pada saat Firaun memerintahkan untuk menyembelih setiap anak laki-laki yang dilahirkan, sehingga ibunya nabi Musa cemas, lalu Allah SWT memberikan ilham berupa naluri kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya dan menghanyutkan Musa ke sungai Nil.
Kedua, Wahyu yang berarti al-ilhām al-gharīziy li al-hayawān (insting atau watak yang diberikan kepada hewan). Seperti dalam firman Allah SWT dalam surat an-Nahl [16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, buatlah sarang-sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,

Makna wahyu dalam ayat ini bermakna insting. Artinya bahwa Allah SWT memberikan insting kepada lebah untuk membuat sarang mereka di pegunungan, pepohonan, kayu dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia. Pemberian insting ini merupakan hidayah dan ilham khusus yang diberikan Allah SWT kepada hewan agar dapat bertahan hidup dan melangsungkan kehidupannya.
Ketiga, Wahyu yang berarti al-isyārah as-sarī’ah alā sabīli ar-ramzi wa al-īhāi` (isyarat yang cepat dengan menggunakan simbol atau tanda). Seperti firman Allah SWT dalam surat Maryam [19]: 11
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.

Makna wahyu dalam ayat diatas bermakna suatu isyarat yang cepat (reflek) dengan memberikan isyarat berupa simbol atau tanda. Ayat ini menjelaskan tentang nabi Zakariya yang keluar dari mushallanya ketika memerintahkan kaumnya untuk bertasbih pada waktu pagi dan petang, sedangkan saat itu ia sedang menjalankan perintah Allah SWT untuk tidak berbicara kepada manusia sebagai tanda atas kebenaran janji Allah SWT kepadanya untuk memberikan anak. Oleh karena itu nabi Zakariya secara reflek memberikan isyarat kepada kaumnya dengan menggunakan tangannya dan dengan sesuatu yang lainnya.
Keempat, Wahyu yang berarti waswasat asy-syaithan (bisikan setan). Sperti dalam firman Allah SWT dalam surat al-An’am [6]: 121:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ ۗ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰ أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ ۖ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang ketika disembelih tidak disebut nama Allah, perbuatan itu benar-benar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan akan membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu telah menjadi orang musyrik.

Makna wahyu dalam ayat ini bermakna bisikan setan kepada rekan-rekannya agar mereka membisikan kepada manusia untuk membantah apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulnya berupa larangan memakan bangkai dan daging hewan yang disembelih tanpa menyebut nama Allah SWT  atau untuk mengerjakan kejelekan dan kejahatan diantara umat manusia. Dalam ayat lain dijelaskan:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikian untuk setiap nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (al-An’am [6] 112)

Kelima, Wahyu yang berarti mā yulqihi Allah ila malāikatihi min amrin li yafalūhu (sesuatu yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa suatu perintah untuk dilaksanakan). Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Anfal [8]: 12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” Kelak akan aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.

Lafadz wahyu dalam ayat ini bermakna sesuatu yang disampaikan Allah SWT kepada malaikat berupa perintah yang harus disampaikan dan dilaksanakan. Ayat ini menceritakan tentang pertolongan Allah SWT kepada nabinya, agamanya dan orang-orang mukmin tatkala perang badar yang mana jumlah pasukan kaum muslimin sekitar 300 orang sedangkan pasukan orang-orang musyrik berjumlah 1000 orang bahkan lebih. Allah SWT menolong mereka dengan mengirim pasukan malaikat dan menguatkan kaki dan hati mereka. Adapun definisi wahyu yang datang kepada nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya adalah sebagaimana dijelaskan di awal. Hal ini dijelaskan firman Allah dalam surat asy-Syuara [26]: 192-195.

Referensi:
Mana` al-Qatthan: Mabahis fi ulum al-Quran


KISAH CINTA SALMAN AL-FARISI


siapa yang gak sakit hati ketika di khianati sang kekasih, apa lagi kalau dikhianatinya ketika akan melamar sang kekasih. namun hal ini tidak terjadi pada salman al-farisi salah satu sahabat dekat rasulullah saw. ketika ia telah masuk islam dan ingin melaksanakan salah satu sunnah rasulullah yaitu menikah ia pun telah melirik salah satu dari wanita di madinah, namun karena ia bukan orang asli madinah iapun tidak tahu bagaimana tradisi ketika seorag laki2 ingin melamar seorang gadis. akhirnya salman al-farisi pun meminta bantuan kepada abu darda salah satu sahabat dekat nabi juga, kemidian salman al-farisi menemui abu darda untuk meminta bantuannya agar bisa menemaninya untuk melamar gadis yang ia cintai, maka abu darda pun genbira kalau temannya mempunyai niat yang baik yaitu menikah, dan abu darda pun bersedia membantunya.
ketika salman al-farisi dan abu darda menemui wali dari sang gadis, abu darda berkata kepada wali gadis itu "wahai tuan kedatangan kami disisni adalah untuk memberi tahukan bahwa saudar saya salman al-farisi ingin melamar purti anda. sang ayah gadis itu pun sangat senag sekali karena dijumpai oleh dua sahabat nabi itu, apalagi salah satu dari keduanya ingin melamar purtinya. namun meskipun begitu sebagai ayah yang baik ia tidak langsung menerima lamaran itu krena ia tahu bahwa yang berhak memutuskannya adalah putrunya sendiri. akhirnya ayah gadis itu memberi isyarat kepada istrinya dan putrinya yang ternyata mereka telah mengetahui tentang kedatangan kedua tamunya itu. akhirnya ibu sang gadispun keluar dan menyampaikan jawaban sang gadis, "mohin maaf putri saya tidak bisa menerima anda (salman al-farisi) namun ia berkata,  seandainya yang melamarnya itu adalah abu darda maka ia akan menerimanya." ketika mendengar jawaban dari sang gadis melalui ibunya salman al-farisi bukan malah cemburu, sakit hati dll. namun ia langsung memberikan hartanya persiapan pernikahannya kepada abu darda agar abu darda bisa langsung menikahinya. subhanallah begitu mulianya akhlak salman al-farisi ini sehingga ia rela mengorbankan hartanya demi sahabatnya yang akan menikahi wanita yang ia cintai.

aaaahhhh mun jaman ayena mah saha nu daek kitu.. langsung nyanyi "hancur hancur hancur hatiku 2x" galau DSB laaaaahhhh   

MERAIH TAQWA MELALUI INTROSPEKSI


Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ashr yang berbunyi:
وَالْعَصْرِ﴿١﴾إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ﴿٢﴾إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴿٣﴾
Artinya: “ demi masa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (Al-Ashr:1-3).
Dari ayat diatas kita diperintahkan untuk memperhatikan waktu dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya, sehingga karena sangat urgennya waktu ini, Allah SWT memulai ayat tersebut dengan lafal wau (و) qasam yang berarti wau yang menjelaskan sumpah. Artinya bahwa Allah SWT bersumpah demi waktu bahwa manusia sungguh  benar-benar berada dalam kerugian. Lalu manusia yang seperti apakah yang akan berada dalam kerugian itu? Kalau kita kembalikan kepada firman Allah SWT dalam lafal “innal insana lafi husr”. Maka lafal al-insan merupakan lafal yang aam (umum), artinya bahwa semua manusia yang di bumi ini berada dalam kerugian. Entah itu orang Islam, katolik, kristen hindu dan yang lainnya. Akan tetapi Allah SWT berfirman dalam ayat selanjutnya sebagai pengecualian bagi ayat sebelumnya dengan firmannya “illal ladzina amanu wa amilus-solihati watawa shaubil haqq wa tawa shaubis-shabr”. Maka artinya, kecuali orang—orang yang beriman, beramal saleh, orang-orang yang saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran sajalah yang tidak termasuk orang yang berada dalam kerugian. Maka yang harus kita pertanyakan sekarang adalah apakah kita termasuk orang-orang yang dikriteriakan seperti yang di kecualikan oleh Allah SWT dalam ayat ketiga surat Al-Ashr tadi? Maka salah satu untuk mengetahuinya adalah dengan bermuhasabah atau introspeksi diri terhadap diri kita priba.  Sudah berapa banyak amalan-amalan saleh yang telah kita kerjakan? Sudah berapa banyak shadaqah yang kita berikan? Sudah berapa banyak orang-orang miskin dan anak-anak yatim yang telah kita santuni? Dan yang paling penting kita perhatikan juga adalah sudah ikhlaskah dan sesuaikah kita dalam mengerjakan amalan-amalan tersebut sesuai dengan yang di ajarkan oleh baginda Nabi Muhammad saw? Inilah yang harus kita perhatikan dan pertanyakan kepada diri kita dalam bermuhasabah, guna meraih ketaqwaan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah SWT maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr:18).
Ayat ini memerintahkan kepada kita selaku orang yang beriman, untuk  bertaqwa kepada Allah SWT, yang dimaksud dengan taqwa adalah menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam ayat ini juga Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk  memperhatikan masa yang telah lampau guna mempersiapkan hari yang akan datang atau hari kiamat. maka untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi akhirat ini kita harus banyak-banyak melakukan introsfeksi diri dengan melihat kepada keadaan ibadah, kelakuan, sikap dan sifat yang telah kita lakukan sebelumnya agar kita dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Apabila di masa yang telah lampau tahun kemarin cintohnya, kita hanya melakuakan shalat fardu saja, maka di tahun ini kita harus menjalankan salat-salat sunah qobliyyah ataupun ba’diyyah dan salat-salat sunah lainnya yang dicontohkan oleh Rasulullah SWA, apabila di tahun kemarin kita sudah melakukan salat-salat fardu dan salat-salat sunah qabliyyah atau ba’diyyah-nya, maka ditahun ini kita jalankan dan biasakan salat lail (tahajud), jika tahun kemarin kita masih belum mampu melakukan puasa sunah seperti puasa hari senin dan kamis atau puasa Nabi Daud selang seling, maka di tahun sekarang ini kita harus berusaha untuk dapat mengerjakan puasa-puasa sunah tersebut. Dan begitu seterusnya sehingga dengan bermuhasabah atu berintrofeksi diri ini keimanan dan ketaqwaan kita akan terus bertambah.
Amirul mukminin Umar bin Khatab pernah berkata:
وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ ( رواه الترمذي )
Artinya: diriwayatkan dari Umar bin al-Khathab, ia berkata:“hisablah dirimu sebelum kau di hisab dan berhiaslah untuk persaksian akbar. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat itu ringan bagi orang yang menghisab dirinya di dunia”. dan diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, ia berkata: tidaklah seorang Hamba menjadi Taqwa sehingga ia menghisab dirinya sebagaimana ia menghisab temannya (tentang) dari mana makanan dan pakainya (didapatkan). (H.R Tormidzi) [at-Tirmidzi dalam kitab sunan-Nya: 2459]
Dari perkataan Umar bin al-Khatab dan Maimun ini, maka jelas bahwa dengan bermuhasabah atau introspeksi diri inilah kita dapat mengetahui kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dan kita juga dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus kita perbaiki dan kita tingkatkan di hari-hari esok sebagai persiapan kita dalam menghadapi persidangan yang amat besar yaitu pada hari kiamat nanti. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama menghisab diri kita atau mengintrospeksi diri kita sebelum kita dihisab oleh Allah SWT pada hari yang besar, yaitu hari kiamat.
Sungguh alangkan indahnya apabila ketika malaikat maut akan mengambil ruh kita dari jasadnya, malaikat maut itu berkata:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ [٨٩:٢٧] ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً [٨٩:٢٨] فَادْخُلِي فِي عِبَادِي [٨٩:٢٩] وَادْخُلِي جَنَّتِي [٨٩:٣٠]
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr: 26-30)

Wallahu a’lam….